Minggu, 29 Desember 2019

Hasan bin Ali 

Dalam At-Talid Wath-Tharif, As-Sayyid Dr. Abu Bakr Adni Al-Masyhur berkata:

"Mengorbankan kekuasaan lebih baik daripada harus menumpahkan darah, dan menukarnya dengan ridha Allah, lestarinya ilmu dan keamanan."


Lahir

Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, anak Fatimah binti Rasulillah Saw.
Hasan lahir pada tanggal 15 Ramadan tahun 3 H/625 M di Madinah.

Masa kecil dan sifat

Saat Rasulullah Saw berbaring, Hasan datang dan duduk di dada kakeknya itu. Malah ia kencing disitu. Melihatnya, Anas bin Malik berusaha mengangkat Hasan. Tapi Rasul melarangnya, dan berkata:

"Biarkan dia.. siapa yang menyakitinya berarti menyakitiku, siapa menyakiti aku berarti menyakiti Allah"

Ibnu Katsir berkata, “Hasan adalah Sayyid kaum Muslimin, seorang ulama yang lembut dan cerdik di kalangan sahabat.”

Sayyidina Hasan berkulit putih kemerah-merahan, kedua matanya lebar serta sangat hitam, kedua pipinya rata, berjenggot lebat dan paling mirip dengan Rasulullah saw.

Keturunan

Hasan banyak memiliki istri dan anak. Tapi keturunannya sekarang bermuara pada
Hasan al-Mutsanna. Darinya terlahir:

-Dinasti Hasyimiyah yang berkuasa di Yordania dan pernah berkuasa atas Iraq serta para Syarif Mekkah.

 -Syekh Abdul Qadir Al-Jilani pendiri tarekat Qadiriyyah juga berasal darinya. Keluarga Dahlan, yang berasal dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Makkah, merupakan keturunan Al-Jilani.

 -Dinasti Idrisiyyah di Maroko dan para Ulamanya. Keluarga Ulama Al-Maliki Al-Hasani berasal dari sini.

 -Syekh Abul Hasan As Syadzili, pendiri tarekat asy-Syadziliyyah.

 -Thobathoba'i yang tersebar di Yaman, Mesir, Iran, Irak, India. 

Khalifah dan perdamaian

Sejak pemberontakan terhadap Khalifah Utsman bin Affan, Hasan bersama saudaranya selalu berada di dekat ayah mereka. Ketika ibu kota pemerintahan dipindah ke Kufah untuk meredam perang saudara, turut serta di perang Jamal, Shiffin dan Nahrawan, Hasan tak pernah jauh dari ayahnya. Puncaknya Hasan mesti menjadi Khalifah ke-5 sebab ayahnya terbunuh. Ulama menyebutkan, para pembaiat Hasan lebih banyak dibanding pembaiat ayahnya. Meski memiliki pasukan besar dan pengikut yang sangat banyak, Hasan lebih menyukai perdamaian dan memilih menerima tawaran Muawiyah. Inilah penggalan khutbahnya:

 "..Mungkin jabatan Khalifah ini adalah hak saya, saya tinggalkan demi kemaslahatan Umat Muhammad dan menghindari pertumpahan darah diantara mereka. Allah swt memberi hidayah kepada kalian dengan sebab pendahulu kami dan melalui kami Allah melindungi darah kalian..”

Hasan berdamai dengan Muawiyah menjadi bukti kebenaran hadits Rasulullah SAW.
Nabi Saw bersabda:

“Sesungguhnya cucuku ini adalah Sayyid, kelak Allah SWT akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin melalui dirinya.“

Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah pada tanggal 5 Rabi’ul Awal, tahun 41 H. Tahun ini dinamakan Tahun Jamaah, karena bersatunya Ummat Islam untuk menghindari bertambahnya korban perang saudara. Menurut Ibnu Katsir, dalil yang menunjukkan bahwa Hasan termasuk Khulafaur-Rasyidin adalah hadits yang diriwayatkan beberapa jalur dari Safinah, maula Rasulillah, Nabi SAW bersabda:

 “Khilafah sesudahku tiga puluh tahun, setelah itu akan muncul raja-raja.”

Khulafaur-Rasyidin menjadi genap tiga puluh tahun dengan dibaiatnya Hasan bin Ali yang kemudian melepaskan kekhalifahan pada bulan Rabiul Awal tahun 41 H. Berarti genap tiga puluh tahun setelah Rasulullah SAW wafat pada bulan Rabi’ul Awal tahun 11 H. Ibnu Katsir berpendapat bahwa ini merupakan tanda kenabian yang sangat besar.

 Pulang ke Madinah

Setelah itu Hasan bersama saudaranya, Husain bin Ali, serta keluarga meninggalkan tanah Iraq menuju Kota Madinah, untuk melestarikan warisan kakeknya. Ilmu dan ibadah.

 Wafat

Hasan bin Ali wafat sebab diracun. Ia menghembuskan nafas terakhir pada 5 Rabi’ul Awal tahun 50 H/670 M di Madinah dalam usia 47 tahun.

Sumber:

https://youtu.be/APUTGPT65MQ

 https://youtu.be/_LJmrjrjjYA

 https://minanews.net/sejarah-khalifah-sejenak-bersama-hasan-bin-ali/

 https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/ahli-ba-it/al-imam-hasan-as-sibth

Jumat, 27 Desember 2019

Ali bin Abi Thalib

١٩/٢١ رمضان ٤٠ هي

Para Sayyid, Syarif atau Habib yang biasa kita dengar sekarang, merupakan keturunan Nabi Saw melalui anak beliau Fatimah yang menikah dengan Ali.
Rasulullah saw bersabda: 
"Allah menciptakan keturunan setiap Nabi dari tulang sulbinya sendiri, tapi Allah menciptakan keturunanku dari sulbi Ali bin Abi Thalib"

Kelahiran

Ali dilahirkan di Mekkah, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum kenabian Muhammad, atau 23 tahun sebelum hijrah. Ia dilahirkan di dalam Ka'bah.

Orang tua

Ayah Ali bernama Abu Thalib bin Abdul Muttalib bin Hasyim. Pemimpin Bani Hasyim dan salah satu pelindung utama Nabi Muhammad.
Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim. Perempuan yang sangat disayangi Nabi Saw layaknya ibu sendiri. Ketika meninggal, Rasulullah yang memasukkannya kedalam kubur dan berbaring sejenak didalamnya.

Kehidupan Awal

Kelahiran Ali memberi hiburan bagi Nabi. Uzur dan faqirnya Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi dan Khadijah mengasuh Ali. Ketika Nabi Muhammad menerima wahyu, Ali termasuk lelaki pertama yang beriman dan orang ke 2 yang sholat dengan Nabi Saw bersama Khadijah. Ali berusia 10 tahun. Sebagai anak asuh, ia berkesempatan selalu dekat dengan Nabi. Didikan Nabi dalam semua aspek zahir dan batin menggembleng Ali menjadi pemuda cerdas, berani dan bijak.

Hijrah

Dimalam hijrah, Nabi Saw memerintahkan Ali untuk tidur di kamar Nabi untuk mengelabui kafir Quraisy, dan Ali diminta untuk mengembalikan barang-barang yang sebelumnya dititipkan orang-orang Quraisy kepada Nabi Saw. Ali menampakkan kesan bahwa Nabi yang sedang tidur. Sehingga menjelang pagi barulah mereka sadar bahwa Ali menggantikan Nabi. Setelah melaksanakan tugasnya, Ali berangkat hijrah ke Madinah mengawal para wanita dari keluaga Nabi Saw.

Pernikahan

Di Madinah, Ali menikahi Fatimah, putri Nabi Muhammad Saw ditahun ke 2 hijriyah. Ali tidak menikah dengan wanita lain ketika bersama Fatimah. Dengan Fatimah, Ali memiliki 5 anak. Zainab, Ummu Kultsum, Hasan dan Husain serta Muhsin yang meninggal waktu kecil.
Setelah wafat Fatimah, Ali menikahi beberapa wanita. Diantaranya:
-Fatimah binti Hizam. Juga dikenal dengan Ummul-Banin. Berasal dari Bani Kilab.
-Asma binti Umais. Sebelum dengan Ali, Asma telah menikah dua kali. Suami pertamanya adalah Ja'far bin Abi Thalib. Suami keduanya adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
-Umamah binti Abil Ash. Ibunya adalah Zainab, kakak Fatimah. Ali mengawininya atas wasiat dari Fatimah.
-Khaulah binti Ja'far dari Bani Hanifah, yang melahirkan Muhammad bin al-Hanafiyah.

Keturunan

Banyak keturunan Ali yang terbunuh dalam Perang Karbala. Mereka yang masih ada saat ini merupakan keturunan Hasan dan Husain, anak dari Fatimah, Abbas, anak dari Ummul Banin, dan Muhammad bin al-Hanafiyah, anak dari Khaulah. Yang terkenal dari keturunan Ibnul Hanafiyah adalah Syekh Abdul Wahhab Assyarani 973 H/ 1565 M.

=>

As-Sayyid Dr Abu Bakr Adni Al-Masyhur dalam bukunya At-Talid Wath-Tharif:
"Siapa yang tak mencintai dan membela Rasulullah dan Keluarganya ia akan memilih orang-orang kafir dan fasik untuk dibela"

Julukan

Imam Bukhari meriwayatkan:
"Nama yang paling disukai Ali adalah Abu Turab dan ia senang dipanggil dengannya. Julukan ini diberikan oleh Rasulullah. Suatu hari Ali marah kepada Fatimah. Ali keluar rumah dan duduk bersandar di dinding mesjid. Kemudian datanglah Rasulullah Saw dan melihat pundak Ali penuh debu. Karena itu beliau membersihkannya sambil berkata: "Bangunlah Abu Turab!"

Pertempuran

Hampir semua peperangan dia ikuti kecuali perang Tabuk (9 H) karena mewakili Nabi Muhammad untuk menjaga kota Madinah. Dalam perang Badar (2 H) semua sepakat dia menjadi bintang pertempuran di usia sekitar 25 tahun. Perang Khandaq atau Al-Ahzab (5 H) juga menjadi saksi nyata. Sebelum perang Amr bin Abdi Wud menantang duel. Ali yang maju menghadapinya. Tak perlu lama, dengan satu tebasan, Amr bin Abdi Wud terbelah dua. Demikian pula perang Khaibar (7 H). Ali menjebol pintu benteng dan dibawa sebagai tameng. Setelah pasukan Muslim menang dan Ali meletakkan pintu tersebut, terlihat delapan orang berusaha memindahkannya tetapi tidak mampu.

Menjadi Khalifah

Berita bohong yang disebarkan seorang Yahudi, Abdullah bin Saba atau yang terkenal dengan Ibnu Sauda berhasil menggerakkan pendemo menuju Madinah. Bahkan menyebabkan terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan. Hal ini mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontakan yang telah menguasai Madinah, membuat ummat Islam tidak mempunyai pilihan lain kecuali menjadikan Ali satu-satunya Khalifah dan dibaiat secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.

 Perang Saudara

Atas dasar hasutan penyerahan pembunuh Khalifah Utsman bin Affan, terjadilah perang Jamal di Basrah 36 H. Ali mesti dihadapkan kepada para sahabat mulia. Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul Mu'minin Aisyah binti Abu Bakar. Namun akhirnya Aisyah mengakui kebenaran Ali karena mendengar gonggongan anjing-anjing di oase Hauab. Aisyah teringat sabda Nabi Saw:

"Bagaimana bila salah satu dari kalian (istri-istri Nabi Saw) digonggongi anjing-anjing Hauab?"

Dengan alasan yang sama, perang Shiffin 37 H terjadi. Ali berhadapan dengan Muawiyah bin Abi Sufyan dan Amr bin Ash. Kebenaran Ali lagi-lagi terbukti. Dengan keberadaan Ammar bin Yaser yang gugur dalam pasukan Ali. Karena Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Ammar akan dibunuh kelompok pembangkang"

Banyak penghafal Quran yang berada dalam pasukan Ali. Tapi mereka sekadar menghafal, tidak memahami. Merasa tidak puas dengan keputusan damai perang Shiffin, mereka membelot. Para khawarij inilah yang Ali hadapi dalam perang Nahrawan 38 H. Ali bersujud syukur setelah mendapati Dzuts-Tsadyah tewas dalam pasukan Khawarij. Orang inilah yang menuduh Nabi Saw tidak adil dalam membagi ghanimah.

 Keutamaan

 Ali meriwayatkan dari Rasulullah Saw sebanyak 586 hadits.
 Imam Ahmad bin Hanbal berkata: "Tidak ada hadits yang meriwayatkan keutamaan seseorang melebihi keutamaan Ali bin Abi Talib"
 Imam Ath-Thabrani meriwayatkan dari Ummu Salamah, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, :

"Ali bersama al-Quran dan al-Quran selalu bersama Ali. Keduanya tidak akan berpisah hingga Haudh (telaga Nabi)"

 Wafat

Pada tanggal 17 Ramadan, di Masjid Kufah, Ali diserang seorang Khawarij bernama Abdurrahman bin Muljam dengan pedang pendek yang sudah diracun, saat ia sholat subuh. Ali meninggal dua hari kemudian pada tanggal 19 Ramadan 40 Hijriyah.

Sumber:

https://youtu.be/u2jkFzCC1vE

At-Talid Wath-Tharif
Dr. As-Sayyid Abu Bakar Adni Al-Masyhur

https://www.dictio.id/t/apa-yang-kamu-ketahui-tentang-perang-jamal/51209

https://islami.co/biografi-ali-bin-abi-thalib-lengkap/

Syaraful Muabbad An-Nabhani

Terjemah Tarikh Khulafa As-Suyuti

Selasa, 24 Desember 2019

Fatimah

Jika ditanya apa yang terbaik untuk wanita..? 
Apa jawab anda..? Mungkin ini salah satu solusi untuk kita semua..
Fatimah menjawab:

"Yang terbaik bagi wanita adalah tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki lain."

Mendengar jawaban ini Rasulullah SAW mencium kening Fatimah dan berdoa, semoga Allah SWT memberkati anak keturunannya.

Pemimpin wanita mulia ini adalah putri keempat Rasulullah Saw dan ibunya adalah Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwalid.

Kelahiran

Fatimah dilahirkan 5 tahun sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, bertepatan dengan beliau ditunjuk sebagai penengah ketika terjadi perselisihan antar suku Quraisy tentang siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad setelah Ka’bah diperbaki. Dengan kecerdasannya baginda memecahkan persoalan yang hampir menyulut peperangan antar kabilah di Makkah.

Masa kecil

Fatimah sangat mirip dengan ayahnya. Usia lima tahun, terjadi peristiwa besar yaitu turunnya wahyu dan tugas berat yang diemban oleh ayahnya. Ia menyaksikan dan merasakan gangguan kafir Quraisy terhadap ayah dan orang-orang yang menerima dakwahnya. Bahkan saat ayahnya sedang sujud di depan Kabah, diolok-olok dan ditindih dengan isi perut onta, Fatimah yang mendatangi dan menghardik mereka seraya membersihkan punggung ayahnya.

Ia turut merasakan pemboikotan kafir Quraisy terhadap orang-orang Muslim beserta Bani Hasyim. Belum lagi hilang kepayahannya, tiba-tiba Khadijah -ibunya- wafat. Sejak kematian ibunya, Fatimah menggatikannya dalam melayani dan membantu dakwah ayahnya. Karena kedekatannya, Fatimah dijuluki Ummu Abiha atau Ibu Ayahnya.

Pernikahan

Fatimah dipersunting oleh sepupu, sahabat sekaligus orang kepercayaan Rasulullah Saw, Ali bin Abi Thalib. Bermaharkan harga baju besi yang pernah diberikan Rasulullah Saw kepada Ali. Pernikahan dilangsungkan  di Madinah, bulan Safar, tahun kedua hijriyyah.

Fatimah memberikan baju pengantinnya kepada perempuan tua yang datang mengemis. Padahal baju itu baru diberikan Rasulullah khusus untuk pernikahannya. Mengetahui ini, Nabi Saw memeluk dan mencium Fatimah serta mendoakannya.

Dari pernikahannya, Fatimah memiliki 4 anak. Zainab,  Ummu Kultsum, Hasan dan Husain. Sebenarnya ada satu lagi anak Fatimah bernama Muhsin, tetapi meninggal waktu kecil.

Keutamaan

Rasulullah sangat menyayangi Fatimah. Pulang musafir, Nabi lebih dulu menemui Fatimah sebelum menemui istri-istrinya. Aisyah berkata:

"Aku tak pernah melihat tingkah dan perkataan yang menyerupai Rasulullah selain Fatimah. Jika ia datang, Rasulullah berdiri dan menciumnya, begitu juga sebaliknya."

Rasulullah bersabda:

"Fatimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti”.

Fatimah adalah satu-satunya anak Rasulullah Saw yang memberikan anak-cucu keturunan.

Kelak di padang mahsyar, terdengar suara dari Arasy Allah

"Tundukkan kepala dan pandangan mata.. Fatimah binti Muhammad SAW akan melalui Sirath..!!"

Maka melesatlah Fatimah dengan diiringi bidadari menuju surga.

Wafat

Berdasarkan sabda Nabi Saw:

"Kami para Nabi tidak mewariskan, harta yang kami tinggalkan merupakan sedekah"

Khalifah Abu bakr tidak menyerahkan tanah Fadak kepada Fatimah. Fatimah dan Ali bersama semua Ahlul Bait menerima keputusan ini dengan ridha dan tetap mengambil nafkah yang sudah ditentukan dari Baitul Mal. Karena tujuan utama Ahlul Bait adalah persatuan Ummat.

Sejak wafat Rasulullah Saw, kesehatan Fatimah menurun. Sesuai dengan sabda Nabi Saw yang di bisikkan kepada Fatimah menjelang wafatnya, malam Selasa tanggal 13 Ramadhan tahun 11 H dalam usia 29 tahun, Fatimah wafat dan dimakamkan di Baqi, Madinah.

Semoga kita semua dapat mencintai dan dicintai Fatimah sesuai keinginan Rasulullah Saw. Amin.

Sumber:

At-Talid Wath-Tharif, Dr. Abu Bakr Adni Al-Masyhur

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Fatimah_az-Zahra

https://youtu.be/tt4RSKm2BiQ

https://youtu.be/SogJyUZkwBA

https://youtu.be/SjiLvkGKaqg

Minggu, 22 Desember 2019

Khadijah binti Khuwailid

=>https://youtu.be/OaZSOxcinMQ

Setiap bulan Ramadhan, tanggal 11 hijriyyah, umat Islam dibanyak tempat, membaca biografi istri
Nabi Saw, Sayyidah Khadijah. Diantara ulama kontemporer yang menyukai membaca bahkan mengarang biografinya adalah Prof. Dr. As-Sayyid Muhammad bin Alwy Al-Maliki, Makkah, dengan nama Al-Busyro.

Dia adalah Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid Al-Asadiyah. Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah Al-Amiriyah. Beliau dilahirkan di Mekkah 68 tahun sebelum hijrah.

Masa Jahiliyah

Sebelum menikah dengan Rasulullah, Khadijah dikenal sebagai wanita yang kaya dan pedagang besar. Ayah Khadijah merupakan saudagar sukses dari suku Quraisy. Dalam masyarakat yang didominasi kaum pria, Khadijah mewarisi keterampilan, integritas, dan keluhuran ayahnya.
Khadijah sukses meneruskan bisnis ayahnya di pusat-pusat perdagangan utama pada saat itu, dari Mekah ke Syria dan Yaman. Ia bekerja sama dengan laki-laki, karena mereka yang berangkat untuk berdagang. Inilah tradisi Arab kala itu, hal ini juga sesuai dengan sifat menjaga kesucian yang beliau miliki. Sebagai perempuan sukses dan hebat, tak sedikit pria ingin meminangnya. Tapi ia memilih menjadi orangtua tunggal, hingga akhirnya meminta Nabi menikahinya.

Menikah

Terjadilah pernikahan antara dua orang yang mulia, Muhammad bin Abdullah dengan Khadijah binti Khuwailid. Maharnya adalah 500 dirham. Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun.
Kedua pasangan mulia ini terus bersama hingga Khadijah wafat di usia 65 tahun. Dan Rasulullah berusia 50 tahun. Nabi tak menikahi wanita lain saat bersama Khadijah. Hal itu karena kemuliaan yang dimiliki Khadijah. Ia juga memberi beliau putra dan putri. Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.

Memeluk Islam

Khadijah merupakan wanita as-Sabiqun al-Awwalun. Khadijah disambut dengan "Salam kedamaian” oleh Allah serta Malaikat Jibril. Allah Ta’ala menganugerahkan kepada Khadijah hati yang suci dan cahaya keimanan. Sehingga ia begitu siap ketika kebaikan datang menghampirinya. Ketika Rasulullah Saw menerima wahyu pertama, dalam keadaan aneh dan membingungkan, Khadijah orang pertama yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi tak pernah mendengar dari Khadijah yang membuat beliau tidak suka. Dia tidak mendustakannya atau membuatnya bersedih. Melalui wanita mulia ini, Allah berikan banyak jalan keluar dan kemudahan. Saat ia pulang mendakwahkan risalahnya, Khadijah selalu membuat jiwanya kembali teguh dan bersemangat.

Masa Dakwah

Ketika kafir Quraisy memboikot dan mengasingkan bani Hasyim ke pinggiran Mekkah, Khadijah tak ragu ikut bersama suaminya. Waktu pengasingan dan boikot tersebut bukanlah masa yang singkat. Bani Hasyim begitu menderita, sampai-sampai mereka makan dedaunan karena tak ada makanan. Quraisy memboikot mereka dengan tidak menikahi atau menikahkan, tidak membeli atau menjual sesuatu kepada mereka selama tiga tahun. Dalam keadaan tersebut, Khadijah yang bukan bagian dari Bani Hasyim, tetap tabah menemani Nabi Saw.

Kecerdasan Khadijah

Khadijah sengaja membuka hijab saat Nabi memberitahunya bahwa Jibril akan datang. Ia melakukan ini untuk memastikan bahwa yang menemui Nabi bukan Syaitan. Karena Jibril tidak akan masuk bila ada perempuan tanpa hijab.

Keutamaan Khadijah

1. Wanita terbaik

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Cukup untukmu sebagai panutan dan teladan wanita terbaik di dunia: Maryam binti Imran (Ibunda nabi Isa), Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, dan Asiyah Istri Firaun.”

2. Nabi menganggap mencintainya adalah karunia.

إِنِّي قَدْ رُزِقْتُ حُبَّهَا

“Sungguh Allah telah menganugerahiku rasa cinta kepada Khadijah.”

3. Keturunan Rasulullah Saw yang lestari.

Adalah Imam Mahdi yang ditunggu menjelang kiamat tentunya juga keturunan dari Khadijah.

Wafatnya

Ummul Mukminin Khadijah radhiallahu ‘anha wafat tiga tahun sebelum hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah, yaitu pada tanggal 11 ramadhan.

Semoga kita semua dapat mencintai dan meniru beliau serta mendapatkan manfaat dunia dan akhirat. Amin.

Sumber:

https://kisahmuslim.com/6155-ummul-mukminin-khadijah-binti-khuwailid.html

 https://youtu.be/HvXcWt5LdNY

Kamis, 19 Desember 2019

Al-Faqih Al-Muqaddam

Akhir Dzul hijjah tahun 653 H

=> https://youtu.be/A6rJ494dZPw

Dibanyak daerah, terutama dilingkungan para habaib, Tareqah Alawiyyah dijadikan sebagai acuan dan panduan dalam kehidupan sehari-hari. Dan tareqah ini berasal dari Al-Faqihil Muqaddam.

Al-Faqih Al-Muqaddam adalah julukan yang ditujukan kepada Imam Muhammad bin Ali bin bin Muhammad Shohib Mirbath. Beliau dilahirkan pada tahun 574 H di Tarim, Hadramaut, Yaman. Ia adalah putera satu-satunya dari Ali bin Muhammad Shahib Mirbath yang menurunkan 75 leluhur dan sesepuh semua kaum Alawiyyin yang berada di Asia Tenggara. Gelar ini disematkan kepada beliau dikarenakan keutamaan ilmunya, khususnya Fiqh dan Tasawwuf.

Silsilah

Muhammad (Al-Faqih Al-Muqaddam) bin Ali bin Muhammad Shohib Marbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin Husain  bin Ali Kwh suami  Fatimah putri Rasulullah SAW.

Pernikahan

Al-Faqih menikah dengan Sayyidah Zainab binti Ahmad bin Muhammad Shohib Marbath dan dikaruniai beberapa orang anak antara lain: 1. Sayyid Alwi Al-Ghayyur 2. Sayyid Abdullah 3. Sayyid Abdurrahman 4. Sayyid Ali 5. Sayyid Ahmad

Keluarga

Al-Faqih semasa hidupnya adalah suri tauladan bagi para pendidik. Dengan arahan dan perhatiannya, penduduk  hadhramaut, khususnya kota Tarim, hidup dengan meneladani Nabi Muhammad SAW, tidak ketinggalan keluarga dan kerabatnya. Istri Al-Faqih, Sayyidah Zainab yang paling banyak menerima didikan Al-Faqih baik secara umum ataupun khusus. Beliau di juluki ibu kaum miskin, sebagaimana istri nabi Muhammad Saw, Zainab dijuluki dengan julukan serupa, karena beliau sangat sering bersedekah kepada fuqara dan masakin.

Bahkan beliau, terpilih sebagai penerus aktifitas yang dulu dilakukan oleh Al-Faqih. Al-Faqihlah yang memilih beliau sebab keteguhan tekad, kesiapan serta kehandalannya. Para murid Al-Faqih mendatangi beliau untuk meminta petunjuk, pendapat, atau bertabarruk. Beliau mengatur pengeluaran Ribath (pesantren) yang dibangun oleh suaminya, juga sangat perhatian dalam hal pendidikan putra-putri Al-Faqih, menyuruh mereka untuk selalu melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT, dan menununjukkan kepada mereka hal-hal yang bermanfaat bagi agama dan dunia. Sebab pendidikan yang mulia ini putra-putri Al-Faqih berbudi pekerti luhur.

Guru

Diantara guru Al-Faqihil Muqaddam adalah Al-Imam Al-Faqih Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Ubaid, pengarang kitab Al-Ikmal Ala At-Tanbih.
Salah seorang gurunya lagi, Al-Imam Al-Allamah Al-Faqih Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Salim BaMarwan Al-Hadhrami At-Tarimi. Beliau adalah pemuka ulama di kota Tarim, mengatakan, bahwa Al-Faqihil Muqaddam menguasai ilmu fiqih sebagaimana halnya al-Allamah Muhammad bin Hasan bin Furak al-Syafi'i yang wafat tahun 406 Hijriah.

Sanad

Dalam mengambil sanad keilmuan dan thariqahnya, Al-Faqih mengambil dari dua jalur. Dia mengambil dari orang tua dan pamannya, orang tua dan pamannya mengambil dari kakeknya, dan terus sambung-menyambung hingga Rasulullah SAW. Adapun jalur yang kedua, dia mengambil dari seorang ulama besar dan pemuka sufi, yaitu Asy-Syeikh Abu Madyan Syu’aib (dengan perantaraan murid beliau) Kemudian Asy-Syeikh Abu Madyan mengambil dari gurunya, gurunya mengambil dari gurunya, dan terus sambung-menyambung sampai kepada Rasulullah SAW.

Murid

Al-Faqih Al-Muqaddam, banyak menghasilkan  ulama besar di jamannya. Paling utama diantaranya adalah Asy-Syeikh Abdullah bin Muhammad ‘Abbad dan Asy-Syeikh Sa’id bin Umar Balhaf.

Karomah

Dan karunia Allah yang besar kepada Al-Faqih adalah akan selalu ada ulama dan sholihin dari keturunan beliau sampai hari kiamat.

Wafat

Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, wafat di kota Tarim pada malam jum’at
akhir Dzul hijjah tahun 653 H.

Sumber:

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Faqih_Muqaddam?fbclid=IwAR2193nczd5Ss9lMzzvIq-lheQtI_Zpeajvn0N0oD3fsiQlc-TjVQlj8A4Q

https://youtu.be/Nh-MBzJZ2WA

https://youtu.be/MHxnMy_8Vaw


Senin, 16 Desember 2019

Al-Imam Abdullah bin Alwy Al-Haddad

7 Dzul-Qa’dah 1132 H

=>https://youtu.be/B-bw1bzUiD4

Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad, lahir hari Rabu, Malam Kamis tanggal 5 Bulan Shafar 1044 H di Desa Sabir,  Tarim, Hadhramaut, Yaman.

Nasab

Beliau adalah Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy bin Muhammad alhaddad. Nasab beliau bersambung kepada Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Husein bin Al-Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib suami Az-Zahra Fathimah Al-Batul binti Rasulullah Muhammad SAW.

Orang tuanya

Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad, Ayah Abdullah Al-Haddad dikenal sebagai seorang yang saleh. Lahir dan tumbuh di kota Tarim. Sayyid Alwy, sejak kecil berada di bawah asuhan ibunya, Syarifah Salma, yang dikenal sebagai wanita ahli ma’rifah dan wilayah. Kakek Al-Haddad dari sisi ibunya ialah Syaikh Umar bin Ahmad Al-Manfar Ba Alawy yang termasuk ulama yang mencapai derajat ma’rifah sempurna.

Masa Kecil

Pada umur 4 tahun beliau terkena penyakit cacar sehingga menyebabkannya buta. Sakit yang beliau derita telah membawa hikmah, beliau habiskan waktunya dengan menghapal Al-Quran, beribadah dengan tekun melawan hawa nafsu dan mencari ilmu.

Guru-gurunya

Abdullah bin Alawi al-Haddad banyak memiliki guru, diantaranya adalah Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas dan Muhammad bin Alawi as-Saqqaf, Ulama Mekah.

Dakwahnya

Berkat ketekunan dan akhlakul karimah yang beliau miliki pada saat usia yang sangat dini, menjadikan nama beliau harum di seluruh penjuru Hadhramaut dan mengundang datangnya para murid yang berminat besar mencari ilmu, bahkan dari luar Hadramaut. Di antara murid-murid Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah putranya, Al-Habib Hasan bin Abdullah bin Alwy Al-Haddad, Al-Habib Ahmad bin Zein Al-Habsy, Al-Habib Ahmad bin Abdullah Ba-Faqih, Al-Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih.

Selain mengkader pakar-pakar ilmu agama, beliau juga aktif merangkum dan menyusun buku-buku nasihat dan wejangan baik dalam bentuk kitab, surat-menyurat atau syair.

Banyak buku beliau yang dicetak, dipelajari dan diajarkan, dibaca dan dialih bahasakan. Bahkan diantara buku yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris menjadi sebab Islamnya salah satu tahanan dipenjara negara tersebut.

Beliau juga menyusun wirid-wirid untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bermanfaat untuk agama, dunia dan akhirat. Salah satunya yang agung dan terkenal dengan nama Ratibul haddad. Ratib ini disusun dimalam Lailatul Qadar tahun 1071 H.

Satu bait syair gubahan beliau terukir di pintu kubur Nabi Saw hingga sekarang

نَبِيٌّ عَظِيمٌ خُلُقُه الخُلُقُ الَّذِي
لَهُ عَظَّمَ الرَّحْمنُ فِي سَِيِّدِ الكُتْبِ

Nabi yang agung akhlaknya dan Allah muliakan akhlak tersebut dalam Qurannya


Akhlaq dan Budi Pekerti

Sekujur hidupnya berlandaskan sunnah, kehidupannya penuh dengan ilmu, ditambah pula dengan sifat wara’. Apabila beliau memberi upah dan sewa sentiasa dengan jumlah yang lebih dari asal tanpa diminta. Kesenangannya adalah membangun dan memakmurkan masjid. Diantaranya masjid bernama Al-Awwabin, masjid Ba-Alawi di Sewun, Masjid Al-Abrar, Masjid Al-Fath di Al-Hawi dan banyak lagi.

Habib Abdullah Al Haddad dimata Para Ulama

Al-Imam Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Idrus mengatakan, “Sayyid Abdullah bin Alwy Al-Haddad adalah Sultan seluruh golongan Ba Alawy”.

Al-Habib Ahmad bin Umar bin Semith mengatakan, “Allah mudahkan bagi pembaca karya-karya Al-Habib Abdullah Al-Haddad untuk mendapat pemahaman dan berkah membaca karyanya, Allah mudahkan segala urusannya, baik agama, dunia dan akhirat, serta akan diberi ‘Afiat yang sempurna dan besar kepadanya.”

Wafatnya

Beliau wafat malam Selasa, 7 Dzul-Qa’dah 1132 H, dalam usia hampir 89 tahun. Disemayamkan di pemakaman Zambal, Tarim, Hadhramaut, Yaman.
Semoga Allah melimpahkan rohmat-Nya kepada beliau juga kita semua. Amin.

Sumber:

https://youtu.be/jI3_-vAg7-M

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abdullah_bin_Alawi_al-Haddad